Praktek supervisi (klinis) diakui sebagai komponen integral dari pengembangan profesional berkelanjutan dan sebagai mekanisme dukungan profesional untuk praktisi yang bekerja dalam perawatan kesehatan dan sosial. Ini adalah konsep yang secara umum dihargai secara luas dan didukung oleh kebijakan profesional dan organisasi, baik di tingkat lokal maupun internasional serta didukung oleh kebijakan pemerintahan (Carmichael, 2011).
Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan di mata masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan profesi lini terdepan yang bersinggungan langsung dengan pasien dan keluarga. Pasien sebagai pengguna jasa pelayanan keperawatan menuntut pelayanan keperawatan yang sesuai dengan haknya, yakni pelayanan keperawatan yang bermutu dan paripurna (Nursalam, 2014).
Salah satu fungsi manajemen ialah directing dimana didalamnya terdapat kegiatan supervisi keperawatan. Fakta bahwa supervisi keperawatan di berbagai rumah sakit sudah dilakukan namun belum optimal. Kegiatan supervisi lebih banyak pada kegiatan pengawasan bukan pada kegiatan bimbingan, observasi, dan penilaian (Mularso, 2006).
Supervisi klinis merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi capaian indikator mutu pelayanan keperawatan berkontribusi terhadap penurunan resiko yang terjadi. Oleh karena itu supervisi dalam rangka peningkatan manajemen keperawatan dapat menghidarkan terjadinya kejadian yang tidak diharapkan.
Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY pada tanggal 2 dan 4 September menyelenggarakan Pelatihan Supervisi Klinis Kepala Ruang sebagai salah satu kegiatan untuk pencapaian pelayanan keperawatan yang bermutu sesuai dengan Misi Rumah Sakit yang ketiga yaitu Mewujudkan Pelayanan Yang Berkualitas dan Menjamin Keselamatan Pasien.
Pelatihan diikuti oleh seluruh Kepala Ruang/Wisma di lingkungan RS Jiwa Grhasia. Narasumber yang diundang berasal dari institusi pendidikan keperawatan yaitu Poltekkes Kemenkes Yogyakarta (Ns. Sutejo, M.Kep. Sp. Kep.J) yang sudah berpengalaman menjadi pembicara baik tingkat local maupun nasional. Narasumber yang lain berasal dari internal rumah sakit yaitu Kepala Bidang Keperawatan RS J Grhasia (Bp. Sudiharja, S.Kep. MM), dengan fasilitator Ka Sub Mutu dan Ka Sub Kredensial Komite Keperawatan RS Jiwa Grhasia DIY.
Pelatihan dihari pertama dilaksanakan klasikal dengan materi yang terkait dengan supervisi klinik dilanjutkan dengan hari kedua yaitu praktik lapangan. Praktik lapangan secara langsung mempraktikkan teori supervise klinik yang telah dipaparkan oleh narasumber, kemudian dilakukan diskusi dan evaluasi penampilan supervisor oleh Kabid Perawatan dan Kasi Perawatan RS Jiwa Grhasia.
Tindak lanjut dari kegiatan ini adalah dilaksanakannya supervise klinik keperawatan secara berjenjang mulai dari tingkat manajemen (Bidang Keperawatan) dan klinik (Kepala Ruang dan Katim) secara kontinyu. Diharapkan RS Jiwa Grhasia bisa mewujudkan pelayanan keperawatan yang bermutu dan menjamin keselamatan pasien.
(Sadarwati/perawat RS Jiwa Grhasia)
DAFTAR PUSTAKA
- Carmichael, H. (2011). Supervision in mental health: a Foucauldian discourse analysis. Retrieved from http://ssudl.solent.ac.uk/2349/
- Mularso. (2006), Supervisi keperawatan di RS Dr.A. Aziz Singkawang: Studi kasus, Tesis: Prog.S2 MMR UGM Saleha, M. F. S. (2009). Buku ajar Organisasi dan Manajemen Pelayanan kesehatan serta kebidanan. Jakarta: salemba Medika.
- Nursalam. (2014). Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik keperawatan profesional. Edisi ke-5. Jakarta: Salemba Medika