Yogyakarta, 7 November 2015 – Anak yang sehat, cerdas dan kreatif merupakan dambaan setiap orang tua. agar dapat Untuk mewujudkan harapan tersebut tentunya kita semua harus berperan aktif. Upaya aktif yang harus dilakukan orang tua antara lain pemenuhan air susu ibu, gizi lengkap dan seimbang, imunisasi, kasih sayang dan stimulasi bermain yang merangsang semua fungsi individu agar berkembang optimal.
Kesehatan jiwa dibutuhkan pada setiap tahapan perkembangan kehidupan tak terkecuali pada masa anak-anak. Fenomena masalah anak seperti bullying dan kekerasan termasuk di area sekolah dan di lingkungan tempat tinggal menjadi keprihatinan bersama. Perilaku penyimpangan yang terjadi pada anak dimungkinkan akibat adanya gangguan mental emosional yang merupakan salah satu permasalahan kesehatan jiwa. Manifestasi akibat gangguan mental emosional bervariasi mulai dari penurunan prestasi belajar sampai berkembangnya pribadi antisosial. Data RSJ Grhasia hingga akhir tahun 2014 menunjukkan angka 14,5% pasien yang dirawat adalah kelompok usia remaja. Sangat dimungkinkan data ini merupakan salah satu representasi dari tidak dikenalinya dan tidak terkelolanya gangguan mental emosional yang dialami pada masa anak-anak sehingga berakibat terjadinya gangguan jiwa di usia remaja. Anak sebagai bagian dari rantai perkembangan manusia perlu diberikan pola asuh yang tepat agar menjadi generasi yang tangguh. Oleh karenanya menumbuhkan kemampuan masyarakat untuk mengenali tumbuh kembang dan kebutuhan kesehatan jiwa pada anak perlu diupayakan. Berbagai strategi harus diketahui oleh lingkungan disekitar anak tinggal dan beraktifitas (di keluarga, di sekolah dan lingkungan tempat tinggal) untuk mampu menyiapkan generasi yang tangguh.
Guna menjawab kebutuhan tersebut maka RSJ Grhasia DIY melalui Instalasi Kesehatan Jiwa Masyarakat (Keswamas) menyelenggarakan acara Sosialisasi Kesehatan Jiwa Anak pada tanggal 7 November 2015 di Grha Ganesha dengan tema “ Menyiapkan Generasi Sehat Jiwa Sejak Dini”, menghadirkan 3 pembicara yakni: dr Astriana Praharani, SpA, Dokter Spesialis Anak RSJ Grhasia DIY: ”Mengenali Tumbuh Kembang Anak”,dr Ida Rochmawati, M.Sc, SpKJ, : ”Pengenalan & Pengelolaan Masalah Kesehatan Jiwa pada Anak”dan DR. MG. Adyanti, MS: ” Strategi Menciptakan Generasi Sehat Jiwa”. Kegiatan ini diikuti oleh masyarakat meliputi : Guru-guru, orang tua murid, tenaga kesehatan, SKPD terkait, LSM, Yayasan-yayasan Panti Asuhan Anak.
,
Mengenali Tumbuh Kembang Anak – dr Astriana Praharani, SpA. Milestone perkembangan anak sejak lahir hingga usia 5 tahun.
Usia |
Perkembangan |
2 bulan |
kepala mulai kuat mengangkat, tersenyum |
3 bulan |
kepala sudah tidak mengalami head lag, sudah mulai bersuara |
4 bulan |
menengok kanan dan kiri, menyangga tubuh dengan lengan, sudah ada kontak mata, mulai mengoceh |
6 bulan |
menyangga tubuh dengan tangan, meraih barang, menoleh ketika dipanggil, memasukkan benda ke mulut untuk eksplorasi |
7 bulan |
duduk dan merangkak, bercermin, memegang barang dengan satu tangan, sudah mulai keluar konsonan dalam kata-katanya. |
9 bulan |
mulai belajar rambatan, menjimpit |
10 bulan |
menunjuk, dan bertepuk tangan berdadah, melihat gambar |
12 bulan |
sudah tidak suka masukkan barang ke mulut lagi |
13 – 15 bulan |
mulai suka mencorat-coret, belajar makan sendiri |
18 bulan |
mulai belajar mandiri menjalani kehidupan, tidak mengompol |
2 tahun |
periode kepala batu |
3 – 5 tahun |
kemampuan motoric sudah bagus, belajar menggunakan pakaian sendiri, belajar menggambar, bermain dengan teman, namun anak belum tahu adanya bahaya, anak mulai tahu konsep lelaki dan perempuan |
Para orang tua diharapkan hendaknya memiliki pengetahuan tentang tumbuh kembang anak agar mampu mengenali dan mampu melakukan deteksi terhadap kelainan yang dialami sang anak agar bisa dilakukan penanganan lebih awal.
Strategi Menyiapkan Generasi Sehat Jiwa – DR. MG. Adyanti, MS. Generasi sehat jiwa adalah generasi sehat baik fisik, psikis, maupun rohani. Bukan generasi yang bebas dari segala masalah, dan dpt mengatasi masalah sendiri dengan cara diterima lingkungan, tdk merugikan orang lain, tdk merugikan diri sendiri. Dalam mencapai kesehatan jiwa, saat bertumbuh manusia memiliki 2 faktor yang berkontribusi. Yang pertama adalah factor internal dan factor eksternal. Contoh factor internal antara lain factor turunan/organik yaitu kecerdasan, factor perilaku/personal yaitu variable/cara berpikir bertingkah laku. Sedangkan factor eksternal yaitu hal-hal yang berasal dari luar diri antara lain factor mom-child relationship, factor sibling relationship, factor teacher-kid relationship, factor superordinate yaitu pengaruh keluarga besar terhadap kehidupan, factor society, dan yang terakhir factor satus social economy.DR Adyanti kemudian menggarisbawahi tentang perlunya prevensi primer, yaitu suatu kecerdasan emosional yang ditanamkan pada anak-anak sejak dini. Dengan kecerdasan emosi yang baik, anak-anak tidak mudah terkena masalah, namun jika tidak dibekali dengan kecerdasan emosi anak-anak banyak mendapat masalah. Selain penanaman kecerdasan emosional, anak harus diajarkan keterbukaan. Anak yang bisa terbuka bercerita, akan meningkatkan kekuatan individual yang pada akhirnya menurunkan limitasi individu. Lingkungan sekitar anak, harus menignkatkan support social, untuk menurunkan stress anak. Thinking out of the box. Yaitu jangan pernah berpikir seperti kebiasaan yang ada karena semua sudah berubah, lingkungan berubah, situasi berubah, sehingga kita harus melakukan penyesuaian kepada setiap masalah yang ada.
Pengenalan dan Pengelolaan Masalah Kesehatan Jiwa pada Anak – dr Ida Rochmawati, SpKJ. Manifestasi gangguan mental emosional pada anak : Anak dengan gangguan cemas, anak kurang rileks. Orang tua lah yang membentuk anak menjadi memiliki kepribadian pencemas ini. Gejala yang sering terjadi adalah early insomnia (sulit memulai tidur).Depresi pada anak : yang paling sering terjadi adalah adanya gangguan tidur pada anak dengan pola late insomnia (tidur, bangun, tidak bisa tidur lagi), broken insomnia ( tidur, bangun, tidur, bngun). Gangguan perilaku, oleh orang dewasa sering dilabeli sebagai anaknakal. Perilaku yang paling menonjol adalah anak cenderung menentang. Namun yang paling penting diperhatikan adalah anak tersebut nakal yang konsisten di setiap lingkungan sehingga baru bisa disebut sebagai gangguan perilaku.GPPH, dengan 3 ciri utama : Hiperaktif (Tidak bisa diam), Impulsi (Bertindak tanpa berpikir), Innatention (Tidak bisa konsentrasi). Retardasi mental: Untuk kasus RM parah, sejak bayi biasanya sudah terdeteksi, karena adanya ketertinggalan perkembangan yang nyata. Tantangan yang dihadapi adalah dalam mendiagnosis RM sedang dan ringan karena lebih sulit untuk dideteksi. Harus dilihat penyimpangan-penyimpangan perilaku dan di cross check IQ nya. Indikasi kondisi seorang anak yang membutuhkan bantuan profesional adalah (1) Dugaan adanya gangguan medis seperti gangguan pertumbuhan, gangguan pengelihatan, gangguan pendengaran, dsb. (2) Berdampak pada kesehatan anak secara umum (3) Mengganggu perannya dalam kehidupan sehari-hari dalam keluarga ataupun masyarakat.
Untuk selanjutnya, program sosialisasi yang mengusung tentang kesehatan jiwa akan dilaksanakan secara terus-menerus sebagai upaya penyadaran kebutuhan kesehatan jiwa bagi masyarakat. Generasi sehat jiwa turut menentukan kualitas bangsa.