PENGARUH PELATIHAN KESELAMATAN PEGAWAI TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERSEPSI PERAWAT PADA PERILAK

images

PENDAHULUAN
     Pada umumnya klien yang masuk rawat inap berada pada fase krisis (labil) dan mempunyai riwayat perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang sebagai respon kemarahan yang maladaptif baik secara verbal maupun fisik yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan .
     Di RS Jiwa Grhasia DIY, rata-rata pasien dengan kasus perilaku kekerasan (PK) di UPPI pada Bulan Januari – April 2014 sebesar 97 org/bulan (72,8%). Adapun rata-rata pasien PK di ruang maintenance pada Bulan Januari – April 2014 yang labil/gelisah sehingga harus kembali ke UPPI sebesar 19 org/bulan (14,2%).
     Berdasarkan hasil beberapa riset menunjukkan bahwa perawat jiwa sering mengalami kekerasan dari klien (Fight, 2002; Nijman dkk, 2007). Berbagai cara yang dilakukan oleh perawat untuk mengatasi agresifitas pasien yang diarahkan padanya akan menimbulkan berbagai dampak negatif baik pada diri perawat sendiri maupun pasien (As'ad & Soetjpto, 2000).
    Hasil survey yang dilakukan pada Bulan Mei 2014 pada 93 responden untuk mengukur frekuensi perilaku kekerasan yang dialami atau dilihat oleh perawat selama 1 tahun terakhir di tempat bertugas dengan menggunakan Instrumen POPAS, menunjukkan bahwa:
a. Perilaku kekerasan dalam bentuk verbal (pasien teriak terus menerus, memaki petugas, mengumpat, bicara kotor, dll) sebanyak 89%
b. Perilaku pasif agresif (irritable, cenderung sulit diarahkan, menolak intervensi, menolak minum obat, makan, dll) sebanyak 91%
c. Kontak/ kekerasan fisik sebanyak 68%
d. Perilaku merusak lingkungan/ barang-barang di RS sebanyak 36%
e. Anacaman terhadap fisik petugas/pasien lain sebanyak 47%
f. Perilaku intimidasi seksual (pelecehan, gerakan cabul,dll) oleh pasien sebanyak 16%
      Berawal dari fenomena dan hasil survey tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh pelatihan keselamatan pegawai terhadap pengetahuan, sikap dan persepsi perawat pada perilaku kekerasan.

,

METODE PENELITIAN
     Jenis penelitian tersebut adalah quasi eksperimental (eksperimen semu) dengan rancangan menggunakan desain one group pre-post test. Paparan yang diberikan kepada 50 sampel penelitian adalah pelatihan "Keselamatan Petugas"/ "Employee safety". Pelatihan tersebut adalah sebuah pelatihan praktis aplikatif dalam menghadapi pasien perilaku kekerasan. Kegiatan berlangsung selama 3 jam (materi dan praktik).
      Analisis Data dilakukan berdasarkan hasil nilai pre dan post pelatihan, untuk mengetahui pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan, persespsi dan sikap perawat menghadapi perilaku kekerasan

HASIL PENELITIAN
Berdasarkan uji statistik didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Pengetahuan Responden
Rata-rata nilai pre test sebesar 67,74 dan nilai post test sebesar 86,46.
Hasil uji normalitas data pre test dan pre test terdistribusi normal, sehingga dilakukan uji Paired t-test dan didapatkan nilai p=0,0000.
Dengan demikian pelatihan "Keselamatan Pegawai" secara signifikan meningkatkan pengetahuan peserta sebesar 27,64% dengan nilai p<0,0001.
2. Sikap Responden
Rata-rata nilai pre test sebesar 21,14 dan nilai post test sebesar 23,06.
Hasil uji normalitas data pre test tidak berdistribusi normal sedangkan data post test terdistribusi normal, sehingga dilakukan Uji Wilcoxon Signed Rank Test dan didapatkan nilai p=0,0000. Dengan demikian, pelatihan "Keselamatan Pegawai" secara signifikan meningkatkan sikap peserta sebesar 9,08% dengan nilai p<0,0001.
3. Persepsi Responden
Rata-rata nilai pre test sebesar 24,64 dan nilai post test sebesar 26,26.
Hasil uji normalitas data pre test dan pre test terdistribusi normal, sehingga dilakukan uji Paired test dan didapatkan nilai p-value=0,0000.Dengan demikian, pelatihan "Keselamatan Pegawai" secara signifikan meningkatkan persepsi peserta sebesar 6,58% dengan nilai p<0,0001.

DISKUSI
   Peningkatan pengetahuan peserta sebesar 27,64% didukung oleh beberapa faktor, yaitu intelegensia, pendidikan, pengalaman dan informasi (melalui pelatihan).
     Adapun peningkatan persepsi dan sikap dengan prosentase yang masih rendah disebabkan oleh faktor yang dapat mempengaruhi persepsi dan sikap, diantaranya:
1. Pengalaman masa lalu (Baltus ,1993) : riwayat sering terpapar PK dan cara saat menghadapi PK
2. Kondisi lingkungan (Baltus ,1993) : suasana ruangan dan kondisi pasien
3. Kemampuan / keterbatasan fisik (Baltus ,1993) : postur tubuh petugas
4. Faktor Internal : kepribadian (Rahmat, 2005), kesiapan psikologis menghadapi sesuatu (Krech, 1977), suasana emosi, rasa cemas, dan efikasi diri, kesiapan mental.
     Adapun faktor pendukung terbentuknya sikap (Notoatmojo) yaitu
1. Pengetahuan : media, pelatihan
2. Role model
3. Fasilitas : setting ruangan, peralatan yang mendukung pelatihan
4. Dukungan pihak lain, dorongan atasan, kebijakan rumah sakit.
   Sesuai teori, persepsi yang positif akan mempengaruhi rasa puas seseorang dalam bentuk sikap dan perilakunya terhadap pelayanan kesehatan, begitu juga sebaliknya persepsi negatif akan ditunjukkan melalui kinerjanya (Tjiptono, 2000). Persepsi yang baik akan meminimalkan terjadinya intervensi koersif (intervensi yang ada unsur kekerasannya). Perilaku petugas disebabkan oleh pemikiran dan perasaan dalam bentuk persepsi, sikap, kepercayaan Seseorang yang bersikap baik akan mendukung praktik yang baik (Notoatmojo). Oleh karena itu, sikap perawat dalam menghadapi PK akan mendukung kualiatas asuhan . Dengan pemberian pelatihan maka pengetahuan akan bertambah sehingga praktik lebih baik

Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Pelatihan "Keselamatan Petugas" secara signifikan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan persepsi perawat dalam menghadapi perilaku kekerasan.

SARAN
1. Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY
a. Pelatihan "Keselamatan Petugas" perlu diberikan kepada seluruh perawat dan petugas kesehatan lainnya untuk mewujudkan pelayanan yang berkualitas dan beretika
b. Pelatihan "Keselamatan Petugas" perlu direkomendasikan sebagai kompetensi dasar/utama bagi perawat.
c. Menindaklanjuti hasil pelatihan dalam memberikan pelayanan kepada pasien gangguan jiwa dengan kebijakan-kebijakan dalam penerapannya.
2. Perawat
a. Menindaklanjuti hasil pelatihan dengan menerapkannya dalam pelayanan kepada pasien gangguan jiwa, khususnya pasien dengan perilaku kekerasan
b. Berupaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pelayanan kepada pasien, khususnya pasien dengan perilaku kekerasan.
3. Peneliti
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor risiko perilaku kekerasan di RS Jiwa Grhasia DIY.

By Admin| 28 Agustus 2014| Umum | Dilihat = 2016 kali|